Cerpen Karangan : Arfikriawan
Genre : Cinta, Misteri
Arfi adalah seorang
remaja yang sedang mencintai teman sewaktu kecil nya Lia. Namun, arfi tidak
berani untuk mengungapkan perasaannya itu kepada Lia. Ia hanya memendam
perasaan sambil menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan cinta nya itu. Lalu,
apakah Lia tidak peka terhadap perasaannya arfi ?. jawabannya adalah Lia
sebenarnya sudah mengetahui apa yang dirasakan arfi pada dirinya, namun ia
hanya menunggu arfi untuk menyatakan cinta nya.
Sampai pada suatu hari,
Arfi yang sedang berada di dekat rumah Lia melihat ada seorang temannya, Mahar
sedang berjalan kaki. Arfi yang melihat teman nya itu, sontak menegurnya “woy,
mahar !”. Mahar pun menoleh ke arah Arfi, lalu menghampiri arfi yang sedang
duduk – duduk di suatu café dekat rumah Lia itu. “woy fi, ngapain lu di sini
sendirian?” tanya Mahar sambil mengambil kursi. “gua lagi janjian sama si Lia,
katanya dia mau minta bantuin ngerjain tugas” jawab Arfi. Mahar dan Arfi baru
saling mengenal karena mereka adalah teman kuliah, tetapi Mahar sudah mengetahui
hubungan Arfi dengan Lia karena Arfi selalu menceritakan Lia kepada Mahar.
Tidak lama mereka
mengobrol, datang Lia yang membawa tas berisi laptop untuk mengerjakan tugas
kuliah nya. Sebelum Lia tiba di meja mereka, Mahar langsung izin ke Arfi “Fi,
gua cabut duluan deh ya. Lagi buru buru nih soalnya”. “oke har, gapapa.
Hati-hati yaa” jawab Arfi. “oke fi” jawab mahar sambil meninggalkan Arfi.
Setelah Mahar pergi,
Lia sudah sampai di meja tempat Arfi duduk. “oi fi, maaf ya udah nungguin lama”
kata Lia. Arfi yang sudah menunggu hampir 1 jam di tempat itu memang sudah
merasa bosan menunggu Lia. Namun, apa daya demi bertemu dengan Lia ia sih rela
menunggu berjam – jam. “gapapa kok Ia” jawab Arfi. Akhirnya mereka memulai
mengerjakan tugas Lia, dengan maksud modus
Arfi ke Lia.
Beberapa hari kemudian,
Arfi juga sedang nongkrong di café dekat rumah Lia lagi, tetapi sekarang ia
tidak bermaksud untuk bertemu dengan Lia tetapi Arfi hanya ingin mengerjakan
tugas kuliah nya sendiri di café tersebut. Selang beberapa menit Arfi melihat
ada sesuatu yang janggal di pinggir jalan. Yaa ternyata dugaan Arfi benar, ia
melihat Lia yang sedang berjalan bersama dengan Mahar menuju café yang ada
Arfi. Saat mereka tiba di café, Arfi yang kebingungan menegur mereka berdua.
“Lia, lu udah kenal sama Mahar?” tanya Arfi kebingungan kepada Lia. Sama halnya
Mahar, Lia hanya mengenal Mahar dari cerita-cerita Arfi. “eh kok ada elu fi ?”
tanya Lia yang panik melihat Arfi. Mereka pun duduk bersama dan Mahar
menjelaskan kepada Arfi “jadi gini fi, sebenernya gua sama Lia itu udah pacaran
3 bulan”. Arfi yang gak percaya dengan omongan Mahar itu langsung tanya ke Lia “ahh
lu pasti bercanda har. Emang bener Ia ?”. Lia hanya menganggukan kepala nya
sambil melirik ke arah Mahar.
Arfi yang sudah lama
mengagumi Lia tapi tidak bisa mendapatkannya pun langsung meledak-ledak emosi
nya. “nih apa apaan sih har, gua kira lu temen gua. Gua curhat sama lu tentang
perasaan gua ke Lia. Eh ternyata lu malah tusuk gua, bener bener lu har!” ucap
Arfi dengan nada yang tinggi. Lia yang melihat Arfi dan Mahar yang hampir
berantem pun langsung melerai mereka sambil berkata “Arfi, kamu itu Cuma sahabat
aku yaa. Kamu ga berhak ngatur aku untuk pacaran sama siapa aja!” jawab Lia
dengan menunjukan jari telunjuk nya ke arah Arfi. Perasaan Arfi di saat itu
sangat hancur, sehingga Arfi dengan wajah kesal nya meninggalkan café dan 2
orang sahabat nya ini.
2 tahun setelah
kejadian di café tersebut, akhirnya Arfi mendapat undangan reuni bersama
teman-teman kampus nya dulu. Selama itu juga Arfi sudah putus kontak dengan Lia
dan Mahar. Hari reuni pun tiba, Arfi yang datang sendirian dengan mobil BMW terbaru
itu langsung memasuki restoran tempat reuni nya. Restoran itu sudah dipenuhi
dengan teman-teman kuliah Arfi, karena Arfi datangnya juga cukup terlambat. Terlihat
di pojok restoran, ada sahabat lama nya Arfi yaitu Mahar. Ternyata setelah
putus kontak dengannya selama kurang lebih 2 tahun, Mahar masih pacaran dengan
Lia. Arfi yang sebenarnya masih belum move on terpaksa ia harus bergabung
dengan Mahar yang bersama dengan teman-teman dekat mereka berdua.
Arfi duduk tepat di
depan Mahar dan Lia, tetapi Arfi yang masih menutup hati untuk mereka pun tidak
mau menegur sapa dengannya. “Woy fi, apa kabar lo ?” tanya Rafi. “baik bro, lu
gimana kabar nya ?” tanya balik Arfi kepada Rafi. “baik kok” jawab Rafi. Obrolan
yang asik diatas meja tersebut pun terus berlangsung, tetapi Arfi dan Mahar
belom sama sekali saling sapa. “oi lu berdua bukannya dulu deket banget ya
kayak orang pacaran. Kok gua liat liat sekarang lu diem dieman sih?” tanya Ray.
“gak kenapa-kenapa kok Ray” jawab Arfi dan Mahar mengangguk-angguk.
Tidak terasa, acara
Reuni itu sudah berakhir dan mereka semua bersiap-siap untuk meninggalkan
tempat. Lalu Ray mengajakan mereka “yah udah selesai aja nih acara. Kita lanjut
nongkrong di rumah Rafi yok, sekalian nostalgia jaman jaman kuliah”. “ayolah
kita nongkrong dulu, gua masih kangen juga sama lu pada” jawab Rafi. Mahar yang
masih bersama Lia pun menolak nya dengan alasan ingin mengantar Lia “waduh
padahal gua pengen ikut, tapi gua bawa pacar gua broo”. Lalu Lia yang mandiri
pun langsung menanggapi tolakan Mahar “gapapa yang, kamu nongkrong aja sana
sama teman teman kamu. Aku bisa naek ojek online kok”. Wajah Arfi terlihat
jijik mendengar pembicaraan mereka berdua. Akhirnya Lia pergi meninggalkan
Mahar dan teman-teman. Arfi, Mahar, dan teman-teman kuliah nya langsung
berangkat menuju rumah Rafi.
Mereka semua tiba
dirumah Rafi pada hari sudah malam. Lalu Rafi mengajak Arfi dan Mahar untuk
membeli makanan di ujung jalan rumah Rafi. Mereka bertiga pun berjalan kaki
untuk membeli makan. Namun sayang, tempat makan nya. sehingga mereka lanjut
jalan menuju tempat makan lainnya.
Pada saat itu hari
sudah gelap dan memang rumah Rafi masih di kelilingi oleh hutan hutan dan ada
danau di tepi jalan. Mereka bertiga tetap melanjutkan perjalanan walaupun di
jalan itu hanya ada mereka bertiga. “eh, kok gelap banget sih nih jalanan.” Tanya
Arfi. “emang udah biasa fi. Jam segini warga udah pada masuk rumah” jawab Rafi.
“gimana kalo kita balap lari aja sampe ujung jalan itu, yang kalah bayarin
makanan yaa” tantang Rafi. “gua demen nih yang gini gini, ayo dah” jawab Mahar.
Arfi juga setuju dengan tantang tersebut. Mereka akhirnya bersiap untuk memulai
balap lari nya.
Balapan pun dimulai,
tetapi terdapat suatu insiden. Mahar yang saat itu berada di posisi paling
belakang melihat ada yang mengikuti mereka. Pada saat ia menoleh ke belakang,
ternyata ada seekor macan liar yang mengikuti mereka. “Woy, Ada Macan di
belakang !” teriak mahar. Mereka bertiga pun langsung lari sekencang-kencang
nya sambil berteriak minta tolong. Namun naas, Mahar yang berada di belakang tidak
bisa menandingi kencang nya hewan tersebut sehingga iya terkena cakar dan
terjatuh.
Setelah situasi aman,
Rafi dan Arfi langsung berhenti dan menarik nafas. “eh si Mahar gimana? Kita harus
balik lagi, kita harus selamatin dia. Tapi gimana ?” tanya kebingungan dan
panik dari Rafi. “iya kita harus selamatin dia, tapi gua masih belom dapet ide
sama sekali. Kalo kita nekat kesana, kita juga bakalan mati”. Jawab Arfi yang
merasa imba terhadap sahabat lama nya ini.
Tetapi setelah Arfi
menjawab pertanyaan dari Rafi. Arfi pun langsung terdiam dan berpikir “si Mahar
meninggal. Terus otomatis si Lia jomblo dong?!” Arfi bertanya - tanya pada
dirinya sendiri. “kalo Lia jomblo, berarti masih ada harapan buat gua bisa
deketin si Lia lagi?. Why not” tambah Arfi “kayaknya ini karma si Mahar deh
karna udah tikung gua haha” Arfi sambil tersenyum-senyum sendiri.
Rafi yang melihat Arfi
tersenyum, langsung menegurnya “fi, lu kenapa senyum-senyum sendiri ? temen lu
lagi kena musibah juga !”. Arfi yang tidak sadar, langsung mengeles dari
pertanyaan Rafi “ehmm.. gua lagi mikirin cara nya buat selamatin Mahar nih”. “Gimana
kalo kita telepon polisi dan ambulans sambil nunggu kondisi sudah aman” tambah
Arfi. “iya juga sih, tapi gimana nasib si Mahar fi ?” Rafi yang kebingungan
bertanya lagi ke Arfi. “yaudah dia juga pasti udah mati disana. Kita sama
polisi dan ambulans selamatkan jasad nya saja” jawab tenang dari Arfi.
Pada akhirnya polisi
datang dan menemukan jasad Mahar. Mahar sudah ditemukan dengan keadaan yang
cukup tragis. Jasadnya pun di masukan ke kantong mayat dan dibawa oleh
ambulans.
Arfi yang memiliki
keinginan untuk mendekati Lia lagi pun mengabarkan kejadian Mahar. Lia sontak
menangis dan Arfi dengan otak licik nya pun langsung berusaha menenangkan Lia.
Apakah Arfi mampu mendapatkan kembali pujaan hati nya Lia yang sedang berduka ?
kita tunggu kelanjutan cerita nya di part selanjutnya. Terima kasih yang sudah
membaca cerita ini. Byee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar